gus durian bondowoso

Mahasiswa Tanpa Organisasi = Sayap Patah?

 


Pertanyaan sederhana tapi penting: untuk apa sebenarnya Anda kuliah? Apakah hanya untuk mengejar gelar, mengumpulkan IPK tinggi, lalu lulus dengan toga yang membanggakan keluarga? Atau ada misi yang lebih besar dari sekadar menjadi “robot akademik” yang pandai menjawab soal tetapi gagap menghadapi realitas kehidupan?

Hari ini kita berhadapan dengan fenomena mahasiswa baru yang lebih nyaman menjadi kupu-kupu: kuliah-pulang, kuliah-pulang. Mereka aman di zona nyaman, tidak pernah bersinggungan dengan konflik ide, dinamika sosial, atau ruang diskusi yang menguji mental. Pertanyaannya: apakah cukup hanya dengan IPK tinggi untuk menjadi manusia yang utuh? Apakah perusahaan, masyarakat, atau bahkan bangsa ini hanya butuh otak, tanpa karakter, tanpa jiwa kepemimpinan, tanpa keberanian bersuara?

Di titik inilah organisasi mahasiswa hadir sebagai jembatan nyata. Ia menjadi ruang penggemblengan di luar kelas, tempat di mana teori dipertemukan dengan praktik kehidupan. Di organisasi, Anda belajar bukan hanya tentang konsep kepemimpinan, tetapi juga bagaimana memimpin; bukan hanya tentang teori komunikasi, tetapi bagaimana mengartikulasikan gagasan di depan publik; bukan hanya tentang solidaritas, tetapi bagaimana menaruh diri untuk kepentingan bersama.

Organisasi mengajarkan hal-hal yang tidak pernah Anda dapatkan dari ruang kuliah: keberanian berbeda pendapat, kemampuan mengelola konflik, kecakapan menghadapi tekanan, hingga kepekaan membaca realitas sosial. Inilah yang membuat seorang aktivis kampus berbeda dari mahasiswa biasa. Ia tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi juga membawa peran sebagai agen perubahan dan agen kontrol.

Lalu pertanyaan berikutnya: apakah Anda puas hanya menjadi mahasiswa yang tercatat di presensi kelas, lalu pulang dengan lembar nilai? Atau Anda ingin lebih dari itu menjadi pribadi yang tumbuh matang, tangguh, dan benar-benar layak menyandang sebutan kaum intelektual?

Di UNEJ kampus bondowoso, organisasi seperti PMII hadir bukan sekadar sebagai perkumpulan, tetapi sebagai wadah pencarian jati diri. Ia membuka ruang bagi mahasiswa baru untuk menemukan arti sejati menjadi mahasiswa: bukan sekadar mengejar akademisi, tetapi juga meneguhkan peran sosial, menajamkan intelektualitas, dan memperkaya pengalaman hidup.

Maka, jangan biarkan status mahasiswa Anda berlalu tanpa makna. Jangan puas menjadi penonton di tengah panggung sejarah. Jadilah aktor utama yang berani mengambil peran, belajar, dan bertumbuh. Organisasi adalah ruang untuk menempa diri, dan aktivisme adalah jalan untuk menemukan siapa Anda sebenarnya.

Kini pilihan ada di tangan Anda: sekadar menjadi mahasiswa biasa, atau menjadi mahasiswa luar biasa yang kelak akan dikenang karena keberanian dan pengabdiannya.

Penulis : Achlan Nuri

Editor : Ahmad Fadhoil

إرسال تعليق

أحدث أقدم

نموذج الاتصال